Akademisi Tekstil Harus Berani Eksplorasi dan Berinovasi

Anggota Komisi VII DPR RI Samuel Wattimena saat kunjungan kerja spesifik Komisi VII ke STTT Bandung, Jawa Barat, Senin (21/7/2025). Foto: Galuh/vel
PARLEMENTARIA, Bandung - Anggota Komisi VII DPR RI Samuel Wattimena mendorong para akademisi tekstil, khususnya di Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung, untuk tidak hanya terfokus pada kerja teknis di industri besar, tetapi juga lebih eksploratif dalam menggali potensi ilmu dan menjalin kolaborasi dengan pelaku wastra serta desainer lokal.
Dalam kunjungan kerja spesifik Komisi VII ke STTT Bandung, Samuel menyampaikan keprihatinannya terhadap minimnya keterlibatan lembaga pendidikan tersebut dalam mendukung pelestarian dan pengembangan wastra tradisional di berbagai daerah.
“Saya berharap besar saat datang ke STTT Bandung, apalagi ini kampus yang sudah 100 tahun berdiri. Tapi dari paparan yang disampaikan, belum terlihat peran nyata mereka dalam membantu pelaku wastra di daerah,” ujarnya kepada Parlementaria di Bandung, Jawa Barat, Senin (21/7/2025).
Menurut Samuel, di 38 provinsi dan ratusan desa, banyak pengrajin wastra masih menggunakan teknik yang sangat tradisional. Hal ini menimbulkan berbagai hambatan dalam peningkatan kualitas produksi, seperti keterbatasan ketebalan bahan dan keragaman motif, yang penting untuk menembus pasar nasional maupun internasional.
“Logikanya, STTT harus bisa menjembatani itu. Tapi sayangnya, dari pemaparan yang kami terima, kerja sama ke arah sana belum berjalan,” tambahnya.
Selain itu, Ia juga menyoroti kurangnya kerja sama antara STTT dengan sekolah fashion dan para desainer Indonesia yang jumlahnya terus bertambah setiap tahun. Ia menilai sinergi antara pemikiran kreatif desainer dan kemampuan teknis akademisi tekstil sangat penting untuk menghasilkan inovasi dalam industri tekstil nasional.
“Kalau para akademisi ini tidak mengeksplorasi kemampuannya, saya khawatir mereka hanya akan menjadi buruh tukang gambar di pabrik-pabrik besar. Padahal, potensi mereka jauh lebih dari itu,” tegasnya.
Ia berharap STTT Bandung dapat melakukan pembaruan visi dan misi lembaga, tidak hanya sebagai pusat pendidikan teknis, tetapi juga sebagai motor inovasi tekstil nasional yang berpihak pada keberagaman budaya lokal. Sehingga mampu merespons dinamika lapangan dan menjadi mitra aktif dalam membangun industri tekstil yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis pada kekuatan budaya Indonesia. (gal/aha)